Tugas individu
MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN
Nama : SALDI
Nim : 21406028
Prodi : S1 KEPERAWATAN
Kelas : REGULER A
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN
PENDIDIKAN MAKASSAR (STIK YAPMA)
2014/2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin segala
puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna
karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada
kita selaku umatnya.
Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan, dalam makalah ini penulis
membahas mengenai “Filsafat Pendidikan”, dengan makalah ini penulis
mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih atas segala perhatiannya.
Ciamis, November
2012
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar...................................................................................................................i
Daftar
Isi............................................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3
Tujuan..........................................................................................................................2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Lahirnya Aliran Progresivisme.......................................................................2
2.2
Pengertian Progresivisme.............................................................................................4
2.3
Aliran Progresivisme Tentang Pendidikan..................................................................5
2.4
Pandangan Filosofis Progresivisme..............................................................................7
2.5
Pandangan Ontology Progresivisme.............................................................................8
2.6
Pandangan Epistimologi Progresivisme.......................................................................8
2.7
Pandangan Exiologi Progresivisme..............................................................................9
2.8
Azas Belajar Menurut Progresivisme..........................................................................9
2.9
Potret Guru Progresif...................................................................................................9
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..................................................................................................................10
3.2
Saran............................................................................................................................10
ii
MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan
universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan, organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran - aliran filsafat tertentu, dan Progresivisme”. Filsafat Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Pada Filsafat Progresivisme aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa yang mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran - aliran filsafat tertentu, dan Progresivisme”. Filsafat Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Pada Filsafat Progresivisme aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa yang mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan maklah ini, penyusun dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Sejarah lahirnya aliran filsafat progresivisme
2. Pengertian
aliran progresivisme
3. Aliran
progresivisme tenteng pendidikan
4. Pandangan filosofis
Filsafat Progresivisme
5. Pandangan
ontologi progresivisme
6. Pandangan
epistimologi progresivisme
7. Pandangan
axilogi progresivisme
8. Azas belajar
progresivisme
9.
potret guru progresivisme
1
1.3 TUJUAN
Ada dua
jenis tujuan penyusunan makalah ini, yaitu tujuan umum yang merupakan tujuan
pembahasan dari rumusan masalah, dan tujuan khusus yang merupakan tujuan
penyusunan makalh yang bersifat pribadi bagi penyusun.
a. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui konsep tentang Filsafat Progresivisme, yang meliputi tentang :
1.
Realitas (Ontologi)
2.
Kebenaran
3.
Nilai – nilai
4.
Progresivisme dan Pendidikan
5.
Ontologi
6.
Epistimologi
7.
Axilogi
8.
Menjelaskan potret Guru Progresif
b. Tujuan Khusus
ü Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan pada semester satu
ü Untuk sarana
latihan penyusunan dalam membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Lahirnya Aliran Progresivisme
Meskipun
Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas
pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik
jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba. Misalnya Hiraclitus (544 – 484
SM), Socrates (469 – 399 SM), Protagoras (480 – 410 SM), dan Aristoteles.
Mereka pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur
yang ikut menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan.
2
Yang baik
dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi
pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia
sanggup melakukan baik.
Protagoras
mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai tidak bersifat mutlak,
melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan tempat.
Sedangkan
Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan
ekstrim) dalam kehidupan. Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke,
Rousseau, Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran
munculnya aliran Progresivisme. Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan
usahanya memperbaiki dan memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam.
Locke dengan ajarannya tentang kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinannya
bahwa kebaikan berada didalam manusia karena kodrat yang baik dari para
manusia.
Kant
memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan kepribadian manusia, memberi
martabat manusia suatu kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan
masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada dalam keadaan bergerak, dalam
proses perubahan dan penyesuaian yang tak ada hentinya.
Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme
banyak terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson
memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan mereka pada
demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama.
Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran
itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan
pengalaman (hasil) baginya”.
Fungsi
berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat . perasaan dan gerak
jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.
Adapun
tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John
Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana.Aliran
progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat
ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada
anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara
berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya
tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu,
filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
John Dewey
memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Maksudnya sebagai
proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman
lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan
masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah
saja.
Aliran
progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam
sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan
hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa
kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan
untuk mengembangkan kepribadiaan manusia.
3
Dinamakan
eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas
eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan
environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu
memengaruhi pembinaan kepribadiaan .
Dengan
demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi
dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan
untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau
kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada.
Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan
yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi
karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme
menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau
learning by doing.
Dengan kata
lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu
diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan
pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai
pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan
berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara
sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
Sebagai
hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam
pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu ada
kalanya saling menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara
lain disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun
untuk objek dan masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka
kesimpulan yang didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat
tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan.
Malakah ringkas ini akan membahas salah satu dari aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu aliran progresivisme. Pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai pengertian aliran Progresivisme, sejarah perkembangan aliran progresivisme, dan pemikiran-pemikiran aliran progresivisme dalam pendidikan.
Malakah ringkas ini akan membahas salah satu dari aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu aliran progresivisme. Pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai pengertian aliran Progresivisme, sejarah perkembangan aliran progresivisme, dan pemikiran-pemikiran aliran progresivisme dalam pendidikan.
2.2 Pengertian
Progresivisme
Menurut
Redja Mudyaharjo, Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru
(teacher-centered) atau bahan pelajaran.
Aliran progresivisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke-20 ini. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan didalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini. Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “the liberal road to culture”.
Aliran progresivisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke-20 ini. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan didalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini. Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “the liberal road to culture”.
4
2.3 Aliran
Progresivisme Tentang Pendidikan
Dasar
filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan
Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan
progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari
Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan
Humanisme Baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia
sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
1.
Tujuan Pendidikan
Tujuan
keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja
secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya
bakat dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki
keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman problem
solving.
2.
Kurikulum Pendidikan
Kalangan
progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-centered).
Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang
berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi,
ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib
menyatakan bahwa kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan
dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang “berpusat pada
pengalaman”. Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan
proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya
belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan
keinginan terbarunya.
Akhirnya,
ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan keterampilan-keterampilan
pemecahan masalah dan membangun ‘gudang’ kognitif informasi yang dibutuhkan
untuk menjalani kehidupan sosial .
3.
Metode Pendidikan
Metode
pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya
adalah;
ü Metode Pendidikan
Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas
yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak
untuk mengembangkan bakat dan minatnya;
5
ü Metode
Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri,
sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar
berlangsung kegiatan belajar tersebut;
ü Metode
Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian
ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep;
ü Pemerintahan
Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam
kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah;
ü Kerjasama
Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama
antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan
kegiatan yang diperlukan anak;
ü Sekolah
Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk
belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan
baru pendidikan.
4.
Pelajar
Kaum
progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif, sekolah
adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas
difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan
pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan
perpusat pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik.
Anak adalah anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur
pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
5.
Pengajar
Guru dalam
melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai;
ü Fasilitator,
orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar
sendiri siswa;
ü Motivator,
orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri;
ü Konselor,
orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang
dihadapi oleh setiap siswa.
ü Dengan
demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik
siswa,dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa,serta kecintaan pada anak
agar dapat menjalankan peranannya .
6
2.4
Pandangan Filosofis Progresivisme
1.Realitas
(Ontologi)
Aliran
Progresivisme, merupakan aliran yang telah berusaha untuk mengembangkan asas
progresivisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan, yaitu tetap
survive terhadap semua tantangan hidup manusia yang harus praktis dalam melihat
segala sesuatu dari segi keagunganya.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang bersifat umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal. Tidak pernah sampai pada yang paling ekstrim, serta pluralistis.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang bersifat umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal. Tidak pernah sampai pada yang paling ekstrim, serta pluralistis.
2.Kebenaran
Progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan, bahwa manusia dasarnya adalah baik, memiliki kasih sayang serta kepedulian terhadap sesama sebagai modal penting bagi membangun kehidupan dalam masyarakat. Paradigma hukum progresif melihat faktor utama
dalam hukum
adalah manusua itu sendiri. Kehidupan terbaik bagi individu adalah kehidupan
yang intelegen, bebas dan memiliki control terhadap pengalamannya. Sedangkan
yang terbaik bagi masyarakat adalah kehidupan demokratis, dan tidak ada
stratifikasi social, kesamaan kesempatan merupakan jaminan bagi setiap orang
untuk mengambil bagian dalam setiap kegiatan sosial .
3.Nilai –
nilai
Progresivisme dinamakan instumentalisme, karena aliran
ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup
untuk kesejahteraan , untuk mengembangkan kepribadian manusia. dinamakan
eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekan suatu
teori. progresivisme dinamakan environmentalisme karena aliran ini menganggap
lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian.
4.
Progresivisme dan Pendidikan
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani
perbedaan individual, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme
merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif. Sedangkan,
filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum
Pendidikan Pribadi. Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa
dan memberikan penekanan yang lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar
naturalistik, hasil belajar dunia nyata, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman
di antara teman sebaya”. Progresivisme berlawanan dengan filosofi “efisiensi
pabrik”, suatu model yang menumbuhkan pengajaran semu (artificial instruction)
dan belajar yang dikendalikan buku teks dan tes tertulis .
7
Dalam merumuskan tujuan progresivisme dalam pendidikan
terdapat tiga criteria, yaitu:
1). Tujuan
pendidikan harus bersumber kepada situasi kehidupan yang berlangsung.
2). Tujuan pendidikan harus fleksibel.
3). Tujuan pendidikan harus mencerminkan aktivitas bebas.
2). Tujuan pendidikan harus fleksibel.
3). Tujuan pendidikan harus mencerminkan aktivitas bebas.
Perlu
dicatat pula bahwa dalam paham ini tujuan bersifat temporal, yang berarti jika
suatu tujuan sudah tercapai maka hasilnya dijadikan alat untuk mencapai tujuan
berikutnya. Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan
yang bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna
untuk pribadi atau masyarakat.
2.5
Pandangan Ontology Progresivisme
Ontology
progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat,
Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan
tindakan dan perbuatan. Sifat-sifat pengalaman :
- Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan terjadi perubahan yang terjadi terus menerus,
- Pengalaman itu temporal adalah terjadi perubahan dan perbedaan pengalaman dari waktu kewaktu,
- Pengalaman itu spatial adalah terjadi disuatu tempat dalam lingkungan manusia,
- Pengalaman itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi seluas adanya interaksi sedalam individu terlibat.
2.6
Pandangan epistimologi progresivisme
Ada tiga hal
yang dibicarakan dalam Epistimologi Filsafat yaitu : objek filsafat (yang
dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran
(pengetahuan ) filsafat
Objek
Filsafat
Tujuan
berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Susunan
hasil pemikiran disebut Sistematika Filsafat atau Struktur Filsafat yang
terdiri atas ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Isi setiap cabang
filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan). Jika memikirkan
pendidikan, jadilah filsafat pendidikan, dan seterusnya. Objek penelitian filsafat
lebih luas dari objek penelitian sain sebab filsafat meneliti objek yang Ada
dan mungkin ada.
8
Cara
Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat
ialah berfirkir, dan berfikir itu menggunakan akal. Dari sini timbul
masalah apa itu “ akal “ . Akal ini diperdebatkan oleh ahli
akal (Locke,Voltaire, Will Durant,David Hume,dan sebagainya dan orang –orang
yang secara intesif mengunakan akalnya.Untuk itu mereka menerima bahwa “bahwa
akal itu ada”, dan ia bekerja berdasarkan suatu cara yang tidak begitu kita kenal.
Aturan kerjanyadisebut “ logika “. Sejauh akal itu bekerja menurut aturan
logika, agaknya kita dapat menerima kebenarannya. Kerja akal yaitu berfikir
mendalam, menghasilkan filsafat.
Ukuran
Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan
filsafat merupakan pengetahuan yang logis. Ukuran kebenaran filsafat
ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar, bila tidak logis,
salah. Ukuran logis tidaknya terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan
(teori). Argumen menjadi kesatuan dengan konklusi, dan konklusi ini
disebut teori filsafat. Bobot teori filsa fat terletak pada kekuatan argumen,
maka diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran
konklusi ditentukan 100% oleh argumen.
2.7
Pandangan exiologi progresivisme
Approach
empiris adalah masalah dan pengalaman yang real dalam kehidupan manusia,
approach artristik adalah suatu nilai yang memperkaya eksperimen manusia. Nilai
atristik member isi dan kedalaman bagi pengalaman seseorang, yang termasuk
nilai artristik adalah nilai estetika ilmu pengetahuan dan seni.
2.8 Azas
belajar menurut progresivisme
Anak dan lingkungan, anak adalah
organism yang mempunyai suatu proses pengalaman, sebab ia merupakan bahagian
dan lingkungan yang selalu mengalami proses perubahan dan perkembangan.
2.9 Potret
guru progresif
Fungsi pokok
sebagai seorang guru Progresif adalah mempersiapkan para siswanya untuk masa
depan yang tidak dikenal. Seorang guru progresif,merasa bahwa belajar
memecahkan permasalahan pada usia dini adalah sebuah persiapan yang terbaik
untuk masa depan.Peran guru dalam suatu kelas yang berorientasi secara
progresif adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi
sumber, yang pada intinya memiliki jawab untuk memfasilitasi pembelajaran
siswa. Guru Progresif berusaha untuk memberi siswa pengalaman-pengalaman yang
meniru kehidupan sehari-hari sebanyak mungkin.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari paparan
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa; Pertama, Progresivisme adalah gerakan
pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada
anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang
berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan
pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang
terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen .
Kedua,
Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan
jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat
ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba yaitu melalui
pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan Aristoteles. Kemudian
sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat
disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme.
Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat
di Amerika Serikat diantaranya adalah Thomas Paine,
Thomas
Jefferson, Charles S. Peirce.Ketiga, Progresivisme berpandangan bahwa tujuan
keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja
secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Mereka
berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada
kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Metode pendidikan yang
biasa mereka pergunakan diantaranya adalah; Metode Pendidikan Aktif, Metode
Memonitor Kegiatan Belajar, Metode Penelitian Ilmiah, Pemerintahan Pelajar,
Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan.
Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Guru
dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai Motivator, Fasilitator, dan
Konselor.
3.2 SARAN
Dari
kesimpulan tersebut di atas, maka penyusun dapat memberikan beberapa
saran-saran sebagai berikut:
1.Dalam kehidupan kita sehari-hari lingkungan dimana tempat kita hidup sangat mempengaruhi kepribadian kita, maka hendaknya kita dapat menjaganya, agar pribadi yang kita miliki sesuai dengan hukum moral yang berlaku.
1.Dalam kehidupan kita sehari-hari lingkungan dimana tempat kita hidup sangat mempengaruhi kepribadian kita, maka hendaknya kita dapat menjaganya, agar pribadi yang kita miliki sesuai dengan hukum moral yang berlaku.
2. Setiap
pengalaman yang telah kita peroleh, hendaknya kita dapat memilih pengalaman
yang berguna dalam proses pengembangan individu.
3. Kebutuhan
dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari. Jadi anak harus
diizinkan untuk merencenakn perkembangan diri mereka sendiri, dan guru harus
membimbing kegiatan bel
10
Daftar Pustaka
Arifin,
Muzayin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Cet. 4
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Cet. 4
11